Rusaknya lahan pertanian akibat
penggunaan pupuk kimia yang berlebihan kini menjadi problematika usahatani
padi, terutama di pulau Jawa, akibatnya kini petani sulit untuk
mendongkrak produktivitas tanaman.
Pemerintah dalam hal ini medorong
penggunaan pupuk organik guna mengembalikan kesuburan lahan pertanian, bahkan
mensubsidi pupuk organik sejak beberapa tahun terakhir.
Ada satu cara mudah yang bisa
dilakukan untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian. Pertanyanya apa? Kita
bisa memanfaatkan limbah hasil panen yaitu jerami padi, petani bisa berbudidaya
ramah lingkungan.
Limbah padi, jerami dimanfaatkan
sebagai bahan bahan pakan ternak, lalu kotoran ternaknya dokomposkan untuk
kemudian dikembalikan lagi ke lahan pertanian sebagai pupuk organiak. “namun
sayangnya masih banyak petani yang membuang atau membakar jerami dan hasil
pembakaran jeraminya tidak dikembalikan ke lahan pertanian, melainkan dibiarkan
begitu saja,” kata direktur PT. Agritech Green Industries, Rijono Heru Setijawan.
Ketika terjadi pembakaran jerami, maka kandungan
karbon (C), unsur hara nitrogen (N) dan belerang (S) akan menguap. Namun bila
terlanjur membakarnya maka abu jeraminya diharuskan disebar dilahan pertanian,
“abu jerami itu termasuk pupuk organik yang sangat bagus untuk tanaman” kata
Rijono.
Untuk menjadikan jerami sebagai
pupuk, sebaiknya jerami tidak disebar begitu saja. Tapi dikomposkan terlebih
dahulu. Pengomposan bertujuan menurunkan rasio karbon (C) terhadap nitrogen
(N). Umumnya jerami yang baru dipanen mempunyai C/N lebih dari 35.
Dan sementara itu bahan organik
baru bisa digunakan sebagai pupuk organik bila C/N nya kurang dari 25.
Pengomposan jerami perlu waktu sekitar 2 minggu dengan menggunakan dekomposer
yang berkualitas bagus.
“Dekomposer
merupakan sekumpulan berbagai koloni mikroba pengurai yang dapat hidup secara
berdampingan. Umumnya mikroba yang ada didalmnya adalah mikroba yang tergolong selulolitik dan igninolitik,” imbuhnya. Dengan menggunakan dekomposer dalam dua
minggu kompos jrami dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Alternatif penyubur
tanaman
Rijono mengatakan, jika petani
tidak memiliki waktu untuk membuat pupuk organik maka alternatifnya adalah
pupuk organik granul (POG) dan pembenah tanha organik (PTO). POG adalah pupuk organik
berbentuk butiran yang diaplikasikan ditanah, mengadung karbon (C) lebih dari
12 persen, unsur hara makro dan mikro dengan kadar alami. Biasnya diperkaya
dengan mikroba penambat nitrogen (N), miroba pelarut posfat (P) dan kalium (K)
yang penting bagi tanaman.
PTO adalah pembenahan tanah yang
biasnya mengandung karbon (C) organik lebih dari 6 persen dengan kapasitas
tukar kasio (KTK) yang tinggi. Bisa berbentuk cair atau padat, diperkaya dengan
unsur hara makro dan mikro, hormon pertumbuhan dan juga penambat nitrogen (N),
pelarut fospat (P) dan kaliaum (K) yang penting bagi tanaman. “PTO yang dibuat
dari substansi humik akan memberikan manfaat yang lebih baik,” tuturnya.
Aplikasi POG dilahan pertanian
dengan dosis lenih dari 500 kg perhektar saat menjelang padat bisa
diaplikasikan terhadap lahan pertanian dengan dosis sekitar 20 liter/ha atau 20
kg/ha pada saat menjelang tanam.
Kemudian Rijono mengatakan banyak
manfaat dari penggunaan pupuk organik termasuk kompos jerami diantaranya:
1.
Meningkatkan dan mempertahankan kelembaban tanah
2.
Memperbaiki struktur tanah agar menjadi gembur
3.
Merangsang pertumbuhan mikroba-mikroba tanah,
sehingga mampu membuat tanah menjadi subur
Sedangkan manfaat dari POG dan PTO adalah :
1.
Memperbaiki kondisi tanah baik dari sisi fisik,
kimia dan biologi
2.
Meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman
3.
Meningkatkan laju pertumbuhan dan perkembangan
tanaman
4.
Meningkatkan serangan hama tanaman sehingga
lebih tahan terhadap hama penyakit
5.
Meningkatkan produktivitas
6.
Meningkatkan kualitas tanaman
7.
Meningkatkan efisiensi pemupukan
Cara Membuat kompos
jerami
1.
Mencacah Jerami hingga berukuran sekitar 2-3 cm
2.
Hamparkan hasil cacahan dalam petakan lapis demi
lapes setebal sekitar 25 cm, setiap lapisan ditaburi / disiram dekomposer
sekitar 2-3 liter/ton bahan cacahan
3.
Usahakan ketebalan atau ketinggian lebih dari 1
meter
4.
Tutup rapat dengan tutup terpal plastik
5.
Dekomposer menggunakan yang cair, sebab bakteri
pengurainya sudah siap dikembangbiakan
6.
Terpal plastik perlu dibuka setiap 3 hari sekali
untuk memeriksa kelembaban. Biasnya perlu disemprotkan air untuk
memepertahankan kelembaban
7.
Selama
proses pengomposan tersebut akan terjadi peningkatan suhu hingga 70 derajat
celcius
8.
Kompos matang jika sudah timbul beberapa ciri
diantaranya : turunnya suhu dan ketebalan tumpukan, kemudahan kompos
dihancurkan, dan berubanya warna menjadi coklat.
Disalin dan digubah seperlunya dari
“Gema Penyuluhan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar