Jumat, 15 April 2016

PENYUBUR ORGANIK DARI JERAMI

Rusaknya lahan pertanian akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan kini menjadi problematika usahatani padi, terutama di pulau Jawa, akibatnya kini petani sulit untuk mendongkrak produktivitas tanaman.
Pemerintah dalam hal ini medorong penggunaan pupuk organik guna mengembalikan kesuburan lahan pertanian, bahkan mensubsidi pupuk organik sejak beberapa tahun terakhir.
Ada satu cara mudah yang bisa dilakukan untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian. Pertanyanya apa? Kita bisa memanfaatkan limbah hasil panen yaitu jerami padi, petani bisa berbudidaya ramah lingkungan.
Limbah padi, jerami dimanfaatkan sebagai bahan bahan pakan ternak, lalu kotoran ternaknya dokomposkan untuk kemudian dikembalikan lagi ke lahan pertanian sebagai pupuk organiak. “namun sayangnya masih banyak petani yang membuang atau membakar jerami dan hasil pembakaran jeraminya tidak dikembalikan ke lahan pertanian, melainkan dibiarkan begitu saja,” kata direktur PT. Agritech Green Industries, Rijono Heru Setijawan.
Ketika  terjadi pembakaran jerami, maka kandungan karbon (C), unsur hara nitrogen (N) dan belerang (S) akan menguap. Namun bila terlanjur membakarnya maka abu jeraminya diharuskan disebar dilahan pertanian, “abu jerami itu termasuk pupuk organik yang sangat bagus untuk tanaman” kata Rijono.
Untuk menjadikan jerami sebagai pupuk, sebaiknya jerami tidak disebar begitu saja. Tapi dikomposkan terlebih dahulu. Pengomposan bertujuan menurunkan rasio karbon (C) terhadap nitrogen (N). Umumnya jerami yang baru dipanen mempunyai C/N lebih dari 35.
Dan sementara itu bahan organik baru bisa digunakan sebagai pupuk organik bila C/N nya kurang dari 25. Pengomposan jerami perlu waktu sekitar 2 minggu dengan menggunakan dekomposer yang berkualitas bagus.
“Dekomposer merupakan sekumpulan berbagai koloni mikroba pengurai yang dapat hidup secara berdampingan. Umumnya mikroba yang ada didalmnya adalah mikroba yang tergolong selulolitik dan igninolitik,” imbuhnya. Dengan menggunakan dekomposer dalam dua minggu kompos jrami dapat digunakan sebagai pupuk organik.

Alternatif penyubur tanaman
Rijono mengatakan, jika petani tidak memiliki waktu untuk membuat pupuk organik maka alternatifnya adalah pupuk organik granul (POG) dan pembenah tanha organik (PTO). POG adalah pupuk organik berbentuk butiran yang diaplikasikan ditanah, mengadung karbon (C) lebih dari 12 persen, unsur hara makro dan mikro dengan kadar alami. Biasnya diperkaya dengan mikroba penambat nitrogen (N), miroba pelarut posfat (P) dan kalium (K) yang penting bagi tanaman.
PTO adalah pembenahan tanah yang biasnya mengandung karbon (C) organik lebih dari 6 persen dengan kapasitas tukar kasio (KTK) yang tinggi. Bisa berbentuk cair atau padat, diperkaya dengan unsur hara makro dan mikro, hormon pertumbuhan dan juga penambat nitrogen (N), pelarut fospat (P) dan kaliaum (K) yang penting bagi tanaman. “PTO yang dibuat dari substansi humik akan memberikan manfaat yang lebih baik,” tuturnya.
Aplikasi POG dilahan pertanian dengan dosis lenih dari 500 kg perhektar saat menjelang padat bisa diaplikasikan terhadap lahan pertanian dengan dosis sekitar 20 liter/ha atau 20 kg/ha pada saat menjelang tanam.
Kemudian Rijono mengatakan banyak manfaat dari penggunaan pupuk organik termasuk kompos jerami diantaranya:
1.       Meningkatkan dan mempertahankan kelembaban tanah
2.       Memperbaiki struktur tanah agar menjadi gembur
3.       Merangsang pertumbuhan mikroba-mikroba tanah, sehingga mampu membuat tanah menjadi subur
Sedangkan manfaat dari POG dan PTO adalah :
1.       Memperbaiki kondisi tanah baik dari sisi fisik, kimia dan biologi
2.       Meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman
3.       Meningkatkan laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman
4.       Meningkatkan serangan hama tanaman sehingga lebih tahan terhadap hama penyakit
5.       Meningkatkan produktivitas
6.       Meningkatkan kualitas tanaman
7.       Meningkatkan efisiensi pemupukan

Cara Membuat kompos jerami
1.       Mencacah Jerami hingga berukuran sekitar 2-3 cm
2.       Hamparkan hasil cacahan dalam petakan lapis demi lapes setebal sekitar 25 cm, setiap lapisan ditaburi / disiram dekomposer sekitar 2-3 liter/ton bahan cacahan
3.       Usahakan ketebalan atau ketinggian lebih dari 1 meter
4.       Tutup rapat dengan tutup terpal plastik
5.       Dekomposer menggunakan yang cair, sebab bakteri pengurainya sudah siap dikembangbiakan
6.       Terpal plastik perlu dibuka setiap 3 hari sekali untuk memeriksa kelembaban. Biasnya perlu disemprotkan air untuk memepertahankan kelembaban
7.        Selama proses pengomposan tersebut akan terjadi peningkatan suhu hingga 70 derajat celcius
8.       Kompos matang jika sudah timbul beberapa ciri diantaranya : turunnya suhu dan ketebalan tumpukan, kemudahan kompos dihancurkan, dan berubanya warna menjadi coklat.






Disalin dan digubah seperlunya dari “Gema Penyuluhan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar