Jumat, 09 Oktober 2015

Mengenal Sayuran Indijenes

INDIJINES

Sayuran indijenes (indigenous) merupakan sayuran asli daerah yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu atau sayuran introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu.Sayuran ini biasanya ditumbuhkan di pekarangan rumah atau di kebun secara komersial dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi sayur atau dimakan mentah (lalaban dengan sambal), atau dijual.Pada kenyataannya di Provinsi Jawa Barat sayuran indijenes telah memasuki pasar di rumah makan yang digunakan sebagai lalaban atau sayur.Banyak sayuran indijenes yang dapat berfungsi sebagai obat untuk suatu jenis penyakit.
Sayuran indijenes memiliki beberapa karakteristik yang cukup menjanjikan, antara lain dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan yang relatif beragam, merupakan alternatif sumber protein, vitamin dan mineral. Secara tradisional tanaman tersebut sudah merupakan salah satu komponen pola tanam.         
Konservasi sumber daya genetik sayuran indijenes merupakan isyu penting pada saat ini, tetapi tantangan sebenarnya adalah bagaimana mengangkat potensi manfaat sayuran indijenes agar dapat sejajar atau bersaing dengan sayuran utama yang telah berkembang lebih dahulu.Pengembangan dan pengenalan sayuran indijenes perlu mendapat perhatian yang lebih besar mengingat kelompok sayuran ini masih cenderung terabaikan. Nilai komersial sayuran ini sebenarnya sangat menjanjikan, akan tetapi masih terbatas pada lokasi tertentu.
Secara garis besar Jenis sayuran indijenes dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :
a. sayuran daun
b. sayuran buah
c. sayuran polong

Sebagai contoh sayuran daun indijenes adalah kenikir (randa midang, Sunda) (Cosmos caudatus), kemangi (surawung, Sunda) (Ocimum basilium), katuk (Sauropus androgynus), dan antanan (Centella asiatica).Cara perbanyakan sayuran tersebut melalui biji, kecuali katuk melalui stek dan antanan melalui anakan (sulur).
Beberapa contoh sayuran buah indijenes adalah paria (pare, Jawa) yang dikenal dengan bitter gourd (Momordica charantia), oyong (emes/ gambas) yang dikenal sebagai ridged gourd (Luffa acutangula), labu (leor Sunda) (Luffa acutangula), dan baligo (bligo, Jawa) (Benincasa hispida).
Beberapa contoh sayuran polong indijenes adalah kecipir (jaat) yang dikenal dengan nama wingbean/ atau goabean (Psophocarpus tetragonolubus), koro roay (ketopes, Sunda) (Dolichos lablab).



B. TANAMAN KECIPIR
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C.) adalah tumbuhan merambat anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Pucuk dan polong mudanya dimanfaatkan sebagai sayuran.Di Sumatera dikenal sebagai kacang botol atau kacang belingbing (pantai barat Sumatera, dan Mnk), dan kacang embing (Palembang).Nama-nama lainnya adalah jaat (Sd.); cipir, cicipir, kěcipir (Jw.); kělongkang (Bl.), serta biraro (Manado, Ternate); kacang botor, k. botol, dan k. kumbotor (Ptk.). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Winged bean, Winged pea, Four-angled bean (mengacu pada bentuk buahnya); namun juga dinamai Goa bean dan Asparagus pea.

1.Pengenalan
Pelat botani menurut Blanco
Tumbuhannya merambat, memanjat atau membelit, membentuk semak yang menahun. Dalam budidaya biasanya diberi penyangga, namun jika dibiarkan akan menutupi permukaan tanah. Batangnya silindris, beruas-ruas, jarang mengayu, hingga 4 m panjangnya.Berakar banyak, dengan akar samping yang panjang, menjalar datar dekat permukaan tanah, sebagian di antaranya menebal, membentuk umbi.
Bunga dan karangan bunga
Daun-daun majemuk dengan tiga anak daun, duduk daun berselang-seling; daun penumpu bentuk bundar telur-lanset, panjang lk. 1 cm, tidak rontok; tangkai daun 3–12 cm, rakis 1,5–5,5 cm. Anak-anak daun berbentuk bundar telur hingga segitiga, 4–15 cm × 3.5–12 cm, membundar atau terpangkas di pangkalnya, meruncing di ujungnya; pertulangan menyirip, warna hijau. Bunga tipe kupu-kupu, dalam karangan berisi 2–10 kuntum yang tumbuh dari ketiak daun, tangkai karangan bunga 5–15 cm, rakisnya 1–10 cm, agak berbulu. Bunga berkelamin dua, bertangkai hingga 5 mm; kelopaknya dengan tabung sepanjang 4–6 mm, bertaju tidak seragam, hingga 2 mm, hijau hingga merah-ungu gelap; mahkota biru, biru pucat, krem, atau kemerahan, dengan bendera hampir bundar atau lonjong-lebar, hingga 4 cm × 3.5 cm, sayap-sayap dan lunasnya sedikit lebih pendek; benang sari 10, dalam dua tukal (9 + 1); bakal buah menumpang. Buah polong bentuk garis atau lonjong memanjang, berbentuk segiempat dengan sudut bersayap yang beringgit, 6–40 cm × 2–3,5 cm, berwarna hijau sewaktu muda dan menjadi hitam dan kering bila tua, berbiji 5–21 butir. Karena bentuknya yang bersayap mirip atau bahkan menyerupai sedikit dengan belimbing, di Sumatera tumbuhan ini dikenal dengan nama kacang bělingbing (Mink.). Bijinya bulat dengan diameter 5–10 mm, berwarna kuning, cokelat hingga hitam, kadang-kadang putih, kadang-kadang berbintik.

2.Kegunaan
Biji kecipir  tua, tidak dimasak
Nilai nutrisi per 100 g (3.5 oz)
Energi   1,711 kJ (409 kcal)
Karbohidrat        41.7 g
- Serat pangan   25.9 g
Lemak 16.3 g
- tak jenuh          2.3 g
- tak jenuh tunggal          6 g
- tak jenuh majemuk      4.3 g
Protein 29.65 g
Thiamine (Vit. B1)            1.03 mg (79%)
Riboflavin (Vit. B2)           0.45 mg (30%)
Niacin (Vit. B3)  3.09 mg (21%)
Asam Pantothenat (B5) 0.795 mg (16%)
Vitamin B6          0.175 mg (13%)
Folat (Vit. B9)     45 μg (11%)
Kalsium                440 mg (44%)
Besi        13.44 mg (108%)
Magnesium        179 mg (48%)
Mangan               3.721 mg (186%)
Fosfor   451 mg (64%)
Kalium  977 mg (21%)
Natrium               38 mg (2%)
Seng      4.48 mg (45%)

3.Polong kecipir muda siap disayur
Di Indonesia, kecipir umumnya ditanam untuk diambil buahnya yang muda, yang beserta pucuk dan daun-daun yang muda biasanya direbus untuk dijadikan penganan (misalnya untuk lalap, pecal, atau urap) atau dicampurkan ke dalam sayur. Menurut Rumphius, umbi akarnya dapat dimakan setelah direbus, namun umbi ini harus dipanen sebelum buah kecipirnya menjadi tua. Rasa umbinya ini mirip dengan bengkuang. Biji-bijinya yang tua (Sd. botor, Jw. cipir) dimakan sebagai kacang-kacangan setelah disangrai terlebih dulu.
Daunnya berkhasiat obat.Ekstrak daun kecipir pada masa lalu digunakan untuk mengobati mata yang bengkak dan sakit telinga.Daun kecipir yang diremas dan dicampur adas pulasari digunakan sebagai obat bisul.Biji dan daun mengandung flavonoid, saponin, dan tanin.
Kecipir tergolong tumbuhan penutup tanah dan pupuk hijau efektif karena pertumbuhannya sangat cepat dan termasuk sebagai pengikat nitrogen dari udara yang paling baik. Dalam budidaya, tidak diperlukan sama sekali pemupukan N.
Kandungan kimiawi
Biji kecipir memiliki kandungan protein yang tinggi (27,8-36,6%), demikian pula kandungan lemaknya (14,8-17,9%), yang menyerupai kandungan zat-zat itu pada kedelai. Biji tersebut juga mempunyai banyak kandungan fosfor, kalsium, dan magnesium. Kandungan kalsium tertinggi didapati pada daun-daunnya.Tumbuhan ini juga mengandung karbohidrat, vitamin C, beserta tocopherol sejenis antioksidan untuk membuat tubuh lebih banyak menyerap vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, dan air tentunya.

4.Asal-usul dan agihan
Para ahli berbeda pendapat mengenai asal usul kecipir; terutama karena tidak didapati jenis liarnya, semua merupakan jenis yang telah dibudidayakan.Keanekaragaman kecipir yang tertinggi didapati di Papua, wilayah perbukitan di timur laut India, serta di wilayah Burma yang bertetangga; sehingga diduga wilayah-wilayah itu merupakan pusat-pusat domestikasinya. Namun, menurut Setijati Sastrapradja, asal kecipir adalah berasal dari Indonesia dan Papua Nugini. Kecipir banyak didapati di Asia Tenggara dan menyukai tanah yang baik serta sinar matahari yang cukup.Tumbuh baik hingga pada ketinggian 1000 mdpl.Ditanam sebagai tanaman sampingan pada musim hujan. Pada tahun '80-an di Indonesia, kecipir dipakai sebagai tanaman sela di antara tanaman pekarangan. Petani-petani ini sadar akan nilai tinggi kecipir, tapi karena pemasarannya tidak seramai kubis dan kangkung, akhirnya tumbuhan ini tidak terlalu diusahakan secara komersial. Sebagian pakar menduga bahwa kecipir diturunkan dari jenis-jenis Psophocarpus yang lain dari Afrika (misalnya P. grandiflorus atau P. scandens); sementara pakar yang lain beranggapan bahwa kecipir berasal dari jenis liar Asia yang kini telah punah.
Pada tahun '60an, kecipir dipromosikan secara internasional sebagai tanaman serbaguna.Kini jenis polong ini ditanam di berbagai wilayah tropis dan ugahari di dunia. Pada tahun 1980, penelitian kecipir sudah mulai berkembang terutama pada negara berkembang dan Indonesia sendiri, menurut Sastrapradja dkk., "Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara yang menangani penelitian kecipir, bahkan menyediakan bibit bagi negara-negara lain yang memerlukannya."
Secara fisiologi, kecipir sangat sensitif dengan frost. Selain itu, ia adalah tumbuhan hari pendek, hanya berbunga jika panjang hari kurang dari masa kritis (untuk kecipir 12 jam). Bijinya tertutup cangkang keras, sehingga kadang-kadang diperlukan perendaman untuk mempercepat perkecambahan.
Apabila hendak menanam kecipir, lebih baik ditanam pada akhir musim hujan.Ditanam pada akhir musim hujan karena sudah bisa berbunga pada musim kemarau. Apabila ditanam pada musim hujan, kecipir akan mengeluarkan daun saja secara-terus menerus dan baru akan berbunga 9 bulan kemudian. Akibatnya, pertambahan jumlah bunga terganggu dan buahnya terdesak. Bijinya ini ditanam di atas tanah yang sudah diolah menjadi bedengan sebagaimana mestinya dengan jarak tanam 60 × 30 cm. Dalam usia 8 hari, biasanya kecipir akan berkecambah. Apabila sudah dewasa, berilah tongkat sebagai tempat untuk merambat.
Kecipir diperbanyak pada awal musim hujan, dan berbunga pada 7-8 minggu setelah ditanam untuk jenis genjah, dan setelah 3-4 bulan bagi yang lambat berbunga.Polong muda dapat dipetik pada 10-11 minggu buat jenis genjah.Pembudidayaan tumbuhan ini masih dilakukan secara sederhana pada awal 1980.
Kecipir adalah sejenis sayuran yang dimanfaatkan buahnya untuk dimakan.Sayuran ini termasuk jenis sayur yang pohonnya berbentuk perdu.Selain mengandung serat yang cukup, kecipir juga mengandung mineral yang baik untuk tubuh.Pada dasarnya kecipir dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kecipir berbunga biru dan berbunga putih. Kecipir berbunga biru adalah jenis kecipir yang mempunyai biji besar dan memiliki panjang buah antara 15 – 20 cm. Kecipir berbunga putih adalah jenis kecipir yang mempunyai biji kecil dan panjang buah antara 30 – 40 cm. Cara menanam kecipir sangat mudah, lahan yang diperlukan juga tidak menuntut tingkat kesuburan yang tinggi. Jika Anda tertarik melakukan budidaya,

5.Penanaman dan Pembudidayaan Buah
Lahan tanam yang akan ditanami kecipir diberikan pupuk kandang/kompos 1-2 minggu sebelum di tanami. Setelah itu lahan dicangkul atau dibajak agar tanah menjadi gembur dan pupuk dasar bisa tercampur rata.Kemudian lahan dibuat bedengan memanjang sesuai luas lahan.Setelah itu buat lubang berjarak 1-2 m untuk lubang tanam kecipir.Kemudian tanam bibit pada lubang-lubang yang tersedia, untuk setiap lubang isi dengan dua benih kecipir.Siram secara rutin tiap pagi dan sore hari terlebih saat masa tanam awal.Penanaman kecipir tanpa melalui pembenihan sehingga benih kecipir yang sudah siap tanam ditanam pada lubang tanam. Beri ajir setinggi 2 m pada saat tanaman sudah tumbuh 10 cm. Lakukan pemupukan pada usia tanam 1 bulan dan ulangi di bulan yang berikutnya. Pantau keadaan tanaman dan siangi secara berkala. Hindarkan dari hama dan penyakit yang mungkin menyerang tanaman, gunakan pestisida untuk membasminya. Masa panen kecipir buah adalah 3-4 bulan setelah masa tanam.

6.Penanaman untuk budidaya benih
Selain dapat dijual buahnya untuk dikonsumsi, kecipir juga dapat dijual sebagai benih. Pada dasarnya juga sama seperti penanaman untuk konsumsi buah, hanya saja ada perlakuan khusus yaitu dengan penjarakan dan penyeleksian. Penjarakan betujuan untuk melakukan penanaman secara terpisah agar tidak terjadi penyerbukan silang. Meskipun pada dasarnya kecipir menyerbuki dirinya sendiri, akan tetapi penyerbukan silang bisa terjadi lewat serangga. Sedangkan penyeleksian adalah proses pemilihan bibit yang baik dari setiap pohon dan membuang bibit yang kurang baik untuk dijadikan bakal benih. Selanjutnya benih bisa dipanen saat polong sudah berwarna kecoklatan dan berusia tanam sekitar 120 hari setelah tanam. Memanennya cukup dipetik dan disimpan ditempat kering dengan sebelumnya dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar airnya sekitar 8.0 – 10.0 %. Rata-rata jumlah biji dalam polong berkisar antara 5 – 17 biji.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar